Dengan caranya yang unik ia berhasil membuatku tersenyum. Suaranya saat melantunkan doa, dan saat ia melagukan pujian kepada Tuhanku - dan Tuhannya, membuat hati ini teduh dan tergetar.
Doanya panjang, bahkan bertele-tele dalam opini temanku, namun aku suka mendengarnya.
Di usia yang muda belia, ia telah mampu menjadi teladan dalam kelakuan dan tuturnya. Hah, sebagai pengagumnya, apalah dayaku yang masih jauh jaraknya dengan keteladanan? Apa dayaku sebagai remaja yang masih mudah terseret arus dan tidak teguh pendirian sepertinya?
Namun dibalik semua hal yang membuatku kagum, kutahu ia masih insan biasa. Sesekali ia sedih karena masalah yang dialaminya. Ingin rasanya aku hadir bak Superman yang siap menolongnya atas penyelesaian semua masalahnya. Hadir untuknya, memasang dua daun pendengaran ini untuk mendengar keluhannya, dan memberikannya jalan keluar. Tak apa bila ia tak berterimakasih, yang penting aku bahagia bisa menolongnya.
Kata siapa, lelaki baik-baik dan halus budinya tak akan disukai dan dikejar sebagaimana yang nakal dan suka menyakiti hati wanita? Aku gadis remaja, dan aku pengagum orang-orang sepertimu.